I. MENGAPA KITA
PERLU MENGENAL DIRI
1.1 Sudahkan Kita Mengenal Diri Kita Sesungguhnya
Terkadang tanpa disadari
kebanyakan manusia hari ini tidak mengenal
dirinya sendiri dan tidak pula mengerti arah dan tujuan hidup yang
sesungguhnya.
Ada
cerita menarik tentang Charly Chaplin, seorang aktor kelahiran Inggris seperti
yang ditulis dalam buku Motivate Your Self , dimana suatu ketika
Charly Chaplin diam-diam mengikuti kontes mirip Charly Chaplin ( kalau di
Indonesia semisal acara ASAL yang pernah di bawakan Alm. Taufik Savalas ) yang
anehnya Charly Chaplin yang asli justru mendapatkan predikat ke 3.
Ini
menandakan sering kali kita tidak begitu baik mengenal diri kita sendiri,
malahan orang lain terkadang yang lebih mengenal diri kita ketimbang diri kita
sendiri. Sunggu ironis, Aneh tetapi nyata. Mungkin dikarenakan terlalu tebal
dan banyaknya topeng yang kita kenakan untuk sekedar “diterima” dalam
masyarakat, membuat kita rela kehilangan sebuah jati diri.
Seperti
yang ditulis Koentjoro,Ph.D dalam buku “Tutur dari Sarang
Pelacur” ,” ketika seseorang disebut-sebut memiliki kepribadian, itu
berarti orang tersebut memiliki kemampuan dalam menopengi atau menyembunyikan
dirinya yang asli agar, disatu sisi pas dengan konteks tempat ,waktu ,situasi
dan kondisi dimana dia berada, dan disisi lain, segala sesuatu yang diniatkannya
tercapai.”
Topeng-topeng
inilah yang kerap kali sengaja digunakan oleh seseorang ( dan juga oleh kita )
untuk mengelabui orang lain. Walau tanpa sadar sebenarnya juga mengelabui diri
sendiri. Untuk sekedar dianggap gaul dan diterima maka seorang remaja rela
melakukan apa saja walaupun ia harus menjual kehormatannya. Bahkan para wanita
rela mengabiskan jutaan rupiah agar terlihat 5 atau 10 tahun lebih muda,
walaupun untuk itu mereka harus rela kehilangan jati diri dengan bergaya dan
mengatakan kepada orang lain bahwa usianya 5-10 lebih muda dari yang tertulis
di KTP.
Gwyneth
Platrow dalam buku “Seleb Bicara Soal
Kamu” karya Carol Westan mengatakan , “kecantikan
menurutku adalah merasa nyaman dengan tubuhmu sendiri” karena begitu
kita merasa nyaman dengan diri kita maka orang lainpun akan merasakan hal yang
sama terhadap kita. Mulailah menyukai bayangan kita di cermin, walaupun untuk
itu kita memerlukan waktu yang lama. Karena Tuhan tidak akan pernah salah dalam
menciptakan bentuk kita.
Tidak
ada orang yang memiliki wajah atau tubuh sempurna. Kalaupun ada bekas luka
diwajah atau celah di gigi, atau bentuk jari kaki yang aneh, atau alis yang
berantakan , itu semua adalah hal-hal yang membentuk diri kita bukan malah
menjadikan penghalang dan semakin menambah banyak deretan topeng yang kita
gunakan untuk hanya sekedar diterima orang lain. Bisa jadi orang yang mencintai
kita mungkin malah terpikat oleh celah gigi atau alis itu.
Mulailah
berdamai dengan kekurangan diri, sehingga kita tersadar akan kekurangan tersebut
dan memperbaikinya ketimbang menafikan kekurangan tersebut dan berusaha menjad
pribadi yang lain.
“Sudahkah kita mengenal diri kita sesungguhnya”,
1.2 Urgensi Mengenal Diri
Semakin penting sesuatu nilai, maka harganya
akan semakin melambung tinggi. Terlebih apabila nilai dan harga barang tersebut
menyangkut sukses tidaknya seseorang, berjaya tidaknya seseorang, bahagia
tidaknya seseorang dan paling akhir, selamat tidaknya seseorang dalam
kehidupannya. Manusia
yang dual-dimensi, dimensi ragawi dan dimensi ruhani, adalah makhluk yang
memiliki warna dan corak Ilahi. Tentu apabila ia tidak mengaktualkan potensi
yang diberikan Tuhan kepadanya, sekali-kali ia tidak akan menjelma menjadi
manusia unggul dan sempurna.
Setiap
manusia berkeinginan kepada kesempurnaan. Fitrah manusia menegaskan bahwa ia
cinta dan kasih kepada kesempurnaan. Apabila kita melakukan kontra-predikasi
atas diktum di atas, maka kita tidak akan pernah meraih derajat
kesempurnaan. Untuk meraup kesempurnaan dan mentransendental, manusia mau tidak
mau harus mengenal tipologi, karakteristik dan segala potensi yang diberikan
Tuhan kepadanya. Namun, lantaran dunia kiwari dengan kerusakan moral dan
kejahilan akan pengenalan diri telah terjerembab dalam jurang alienasi diri.
Mereka telah melupakan diri dan Tuhannya. Mereka tak mengenal dirinya sehingga
tidak sampai gilirannya untuk mengenal Tuhannnya. Pertanyaan-pertanyaan
eksistensial darimana datangnya, kemana jalan yang ia tuju dan untuk tujuan apa
ia ada tak akan pernah dapat terjawab bagi orang-orang seperti ini.
Oleh karena itu, pembahasan
pengenalan diri menemukan urgensinya apabila insan dengan mengaktualkan potensi
yang dimilikinya maka ia akan dapat meraih kesempurnaan insani dan maknawi yang
akan menghantarkannya kepada kebahagiaan yang sesungguhnya.
1.3. Kegunaan Mengenal Diri
Sangat banyak kegunaan dan manfaat dari mengenal diri ini. Empat manfaat dan
keutamaan yang ada tentang kegunaan pengenalan diri ini, antara lain adalah :
Pertama,
kegunaan praktis adalah memberikan peluang kepada manusia untuk lebih familiar
terhadap kemampuan dan bakatnya. Hal ini akan banyak membantu seseorang dalam
hidupnya, misalnya mencegahnya dari memilih bidang studi atau pekerjaan yang
tidak sesuai dengan kemampuan dan bakat yang diberikan Tuhan
kepadanya.
Kedua, pengenalan diri
sangat bernilai karena manusia dapat menyadari bahwa ia bukanlah sosok yang
mengada dengan sendirinya atau wujudnya tidaklah mandiri (self-existent). Hal ini
penting, lantaran akan membantu seseorang untuk memahami bahwa sehebat apa pun
ia atau setinggi apa pun kedudukan dan status sosialnya, ia hanyalah seorang
yang berkeinginan, dan sifat berkeinginan pada manusia adalah butuh dan
berkeingnan kepada Tuhan.
Ketiga, Pengenalan
diri sangat efektif bagi sistem dan mekanisme pengembangan diri; bahkan
seseorang dapat mengatakan bahwa mengenal diri mirip dengan “bio-feed back therapies”
yang dikembangkan oleh banyak fisikawan di beberapa negara Barat yang
menganjurkan kepada para pasiennya yang aktif dalam proses healing (penyembuhan) atau
kepada pasien yang telah angkat tangan dari perawatan medikal
modern.
Keempat,
mengenal diri akan membantu seseorang memahami bahwa ia tidak tercipta secara
kebetulan (by chance).
Jika kita menginternalisasi dan menghayati akan keberadaan kita, diri
kita, dengan argumen-argumen atau bahkan tanpa memerlukan argumen, maka kita
akan sampai kepada kesimpulan yang tak-terelakkan bahwa Tuhanlah yang mencipta
seluruh keberadaan. Kita tidak mewujud dengan sendirinya atau hanya
karena persemaian antara sperma dan ovum dari kedua orang tua
kita. Manusia secara natural senantiasa mencari alasan keberadaannya. Ia
akan melakukan monologue
pada dirinya ihwal darimanakah kedatanganku? ke mana langkah yang aku tuju?
untuk tujuan apa keberadaanku? Dengan mengenal diri, kita akan menuai
jawaban dari pertanyaan-pertanyaan eksistensial ini.
1.4.
Kekuatan Personal Magnetism
Kita sering
melihat seorang wanita berwajah cantik atau pria tampan yang menyedot perhatian
orang di sekelilingnya. Kta pun barangkali pernah menyaksikan seorang wanita
atau pria berumur, yang karena sesuatu hal, tak kalah menariknya dibanding
mereka yang muda. Wanita cantik atau pria tampan menyedot perhatian karena daya
tarik fisiknya (physical attractiveness). Sementara wanita dan pria
berumur tadi bisa menyedot perhatian karena kematangan atau daya magnet
kepribadiannya (magnetive attractiveness).
Apa yang
membedakan di antara kedua kelompok tersebut? Jelas, daya tarik fisik adalah
anugerah alam, dan tidak semua orang memilikinya. Sedang daya tarik personal
adalah sebuah ketrampilan yang bisa dipelajari siapapun, tidak memandang usia,
warna kulit, ras, apalagi agama.
Jika seseorang
ingin meningkatkan daya tarik fisiknya, biasanya cara-cara yang ditempuh adalah
dengan memoles wajahnya dengan kosmetik, atau bahkan operasi plastik. Sementara
orang yang ingin meningkatkan daya tarik pribadinya cukuplah dengan mengasah
ketrampilan untuk bersikap dan berperilaku yang memikat
Beda lainnya,
daya tarik fisik akan merosot jika kepribadian tidak mendukung, dan biasanya
sangat memusuhi berlalunya waktu. Dengan kata lain, makin bertambah usia
seseorang, makin menurun daya tarik fisiknya bagi orang lain yang menilai orang
itu berdasarkan parameter fisik. Sebaliknya, magnet kepribadian justru makin
kuat, seiring dengan kematangan, pengalaman dan bertambahnya usia seseorang.
Inilah keunggulan personal magnetism.
Bahasa Mata
Personal
magnetism adalah pemancaran cahaya
kepribadian dari dalam (inner glow) menjadi cahaya kepribadian keluar (outer
glow), yang menimbulkan pengaruh atau daya tarik terhadap orang lain. Unsur
utama personal magnetism adalah bahasa mata, cahaya kepribadian, dan
komunikasi bawah sadar. Ketiga unsur tersebut bisa dipelajari, dilatih, dan
dikuasai, hingga akhirnya bisa menjadi bagian tak terpisahkan dari cara Anda
berkomunikasi di setiap kesempatan.
Bahasa mata
adalah unsur utama dalam personal magnetism. Karena mata adalah sarana
yang paling efektif untuk mengkomunikasikan daya tarik atau cahaya kepribadian
Anda. Mata adalah jendela pikiran dan suasana hati Anda. Dalam komunikasi
dengan bahasa mata, Anda harus melihat mata lawan bicara secara langsung dan
mendalam. Ingat, melihat secara langsung dan mendalam, namun ringan. Jangan
melotot, membelalak, memandang dengan tajam, atau menyipitkan mata. Kuncinya
adalah, lihatlah mata lawan bicara secara langsung sambil merasakan suatu
“perasaan yang mendalam”.
Cahaya Kepribadian
Anda tidak bisa
memancarkan cahaya kepribadian dan menarik perhatian orang lain, jika Anda
memang tidak memilikinya. Untuk memilikinya, Anda bisa melatih diri dengan
mengembangkan sifat-sifat tertentu. Cahaya kepribadian dibangun dari
kebiasaan-kebiasaan, cara berpikir, serta bagaimana mengelola emosi secara positif,
yang pada akhirnya akan otomatis memancar manakala Anda berinteraksi. Magnet
kepribadian ini bisa dipancarkan dengan sifat pembawaan diri yang antusias,
ramah, tulus, hangat, tanggap, percaya diri, serta perasaan yang mendalam saat
berkomunikasi.
Tidak ada cara
lain untuk mengembangkan cahaya kepribadian selain melatih diri dan membiasakan
munculnya sifat-sifat tadi. Jika Anda ingin tampil anstusias dan bergairah,
jangan bersikap lesu dan malas dalam berkomunikasi maupun berperilaku.
Kegairahan itu memancar dan menular. Jika itu muncul secara wajar dan alamiah,
hasilnya adalah reaksi yang positif.
Jika ingin
ramah, bersikaplah benar-benar hangat dan terbuka kepada setiap orang. Begitu
mudahnya orang lain mengenali apakah Anda cenderung terbuka atau menutup diri
terhadap pribadi yang mendekati Anda. Jika ingin tulus, hindarkan diri dari
pamrih-pamrih tersembunyi. Hangat dan tanggap bisa ditumbuhkan dengan perhatian
sepenuhnya kepada lawan bicara, dan siap memberikan respon yang diperlukan
sesuai konteksnya.
Jika ingin
tampil percaya diri, milikilah perasaan bahwa hakikatnya setiap orang mempunyai
kesetaraan dan persamaan hak dalam berbagai hal, dan Anda pun berhak untuk
mendapatkannya. Miliki keyakinan, bahwa Anda akan mendapatkan apa yang Anda
inginkan. Jika menginginkan hubungan sosial atau relasional yang mendalam,
jangan tanggung-tanggung dalam menjalin kesepahaman.
Begitu murahnya
ongkos mendapatkan magnet kepribadian; terus menerus berlatih mengembangkan
sifat dan sikap yang positif!
1.5.
Jadilah Pribadi Yang Asertif
Istilah
Asertif dewasa ini sudah sangat populer “mengiang” ditelinga kita. Disimpulkan bahwa asertif adalah sikap positif bukan sikap negatif, asertif bukan agresif yang
selalu merugikan orang lain, asertif bukan perilaku
permisif/pasif yang selalu merugikan diri sendiri, bahkan menurut penelitian di
Amerika, dikatakan bahwa perilaku agresif dan permisif/pasif adalah animal
behavior sedangkan asertif adalah human behavior. Jelaslah bahwa dengan Bersikap Asertif, kita akan mampu mempertahankan
kredibiltas dan eksistensi diri sebagai pribadi yang berguna bagi
lingkungannya.
Delepan pandangan Fensterheim dan Baer (1980) tentang ciri-ciri individu asertif menjadi sebuah penegasan dalam memposisikan kita (secara individu) sebagai manusia merdeka yang mempunyai hak, kewajiban dan martabat yang sama dengan yang lainnya dalam menentukan sikap, bersuara/berpendapat, mengapresiasikan bakat, minat dan kemampuannya. Selain itu, seseorang yang asertif dengan ikhlas dapat menerima dengan lapang dada berbagai kritikan dan saran yang dapat meningkatkan kualitas diri atas berbagai kekurangan dan kesalahan yang pernah/sedang dilakukan tanpa memandang siapa (orang tua / Senior yunior / atasan / bawahan) yang menggugah kita untuk segera terbangun dari keterpurukan.
Ada formula 3 A sebagai sebuah pendekatan yang
dapat dilakukan dalam mewujudkan sikap Assertivitas diri, yang terangkai dalam
tiga kata yaitu Appreciation, Acceptance, Accommodating:
1. Appreciation.
Dengan cepat dan tanggap memberikan penghargaan dan rasa hormat terhadap kehadiran orang lain sampai pada
batas-batas tertentu atas apa yang terjadi pada diri mereka tanpa menunggu mereka untuk lebih dahulu memperhatikan,
memahami, menghormati dan menghargai kita.
2. Acceptance adalah
perasaan mau menerima, memberikan arti sangat positif terhadap perkembangan
kepribadian seseorang, yaitu menjadi pribadi yang terbuka dan dapat menerima
orang lain sebagaimana keberadaan diri mereka masing-masing. Dalam hal ini, kita tidak memiliki tuntutan berlebihan
terhadap perubahan sikap atau perilaku orang lain (kecuali yang negatif) agar
ia mau berhubungan dengan mereka. Tidak memilih-milih orang dalam berhubungan,
dengan tidak membatasi diri hanya pada keselarasan tingkat pendidikan, status
sosial, suku, agama, keturunan, dan latar belakang lainnya.
3. Accomodating. Menunjukkan sikap ramah kepada semua orang, tanpa
terkecuali, merupakan perilaku yang sangat positif. Keramahan senantiasa
memberikan kesan positif dan menyenangkan kepada semua orang yang kita jumpai.
Keramahan membuat hati kita senantiasa terbuka, yang dapat mengarahkan kita
untuk bersikap akomodatif terhadap situasi dan kondisi yang kita hadapi, tanpa
meninggalkan kepribadian kita sendiri
Formula
diatas dapat dijadikan sebagai pedoman berinteraksi sosial dalam membina hubungan baik dengan banyak orang, dengan asumsi bahwa
orang lain pun mempunyai hak dan kesempatan yang sama seperti kita. Oleh karena
itu, kita dapat mengemukakan hak pribadi, namun janganlah kita melupakan untuk
memperhatikan hak orang lain pula.
Tipe-tipe Kepribadian
Menurut William Marston
Posted on 25 Januari 2010 by AKHMAD
SUDRAJAT
Menurut
William Marston, tipe kepribadian seseorang dapat diketahui berdasarkan
observasi terhadap pola perilaku yang ditampilkannya. Tipe kepribadian
tersebut terdiri atas tipe dominant, inspiring, supportive, dan cautious.
Tiap tipe kepribadian
tersebut menggambarkan paduan dari dimensi gaya hubungan dengan orang
lain, yaitu peramah (outgoing) atau pendiam (reserved) dan dimensi
prioritas, yaitu berorientasi terhadap tugas (task-oriented) atau
berorientasi terhadap orang (people-oriented). Hal ini divisualisasikan
dalam tabel di bawah ini:
OUTGOING
|
|||
TASK ORIENTED
|
D
|
I
|
PEOPLE ORIENTED
|
C
|
S
|
||
RESERVED
|
Gambar Paduan Gaya Hubungan yang Menunjukkan Tipe Kepribadian
§
Tipe D (Dominant) merupakan
perpaduan Outgoing dan Task-oriented.
§
Tipe I (Inspiring) merupakan
perpaduan Outgoing dan People-oriented
§
Tipe S (Supportive) merupakan
perpaduan Reserved dan People-oriented
§
Tipe C (Cautious) merupakan
perpaduan Reserved dan Task-oriented
Rincian karakteristik dari tiap-tiap tipe
kepribadian tersebut adalah sebagai berikut:
A.
TIPE “DOMINANT”
|
|
Kata-kata penjelas
|
Dominan (dominant), pengatur (direct),
penuntut/banyak permintaan (demanding), tegas (decisive), tekun
(determined), pelaku (doer)
|
Mind-set
|
Lakukan!
Wujudkan! Raih kemenangan! Hasil!
|
Hal yang disukai
|
Kegiatan, Kompetisi, Kerja keras, Melakukan sesuatu,
Tantangan, Mendapatkan hasil, Menjadi pimpinan, Menyelesaikan tugas-tugas
|
Mereka adalah orang yang
|
Goal-oriented, tidak mudah puas, percaya diri, tabah, tekun,
menyadari pentingnya prestasi
|
Dimotivasi oleh
|
Tantangan,
pilihan, pengendalian
|
Lingkungan yang dibutuhkan
|
Kebebasan, kewenangan, kegiatan yang bervariasi, kesempatan
berkembang
|
Gaya komunikasi
|
Komunikasi
lugas/terus terang
|
Kelemahan
|
Kurang sensitif terhadap orang lain, kurang bisa santai,
kurang sabar.
|
B.
TIPE “INSPIRING”
|
|
Kata-kata
penjelas
|
Bersemangat (inspiring), berpengaruh (influencing), penting
(important), interaktif (interactive), mengesankan (impressive), berminat
pada hubungan dengan orang lain (interrested in people)
|
Mind-set
|
Jadi
bintang pertunjukan; bersenang-senang dan gembira!
|
Hal
yang disukai
|
Mempengaruhi orang lain, rencana jangka pendek, membuat orang
tertawa, melakukan banyak hal/kegiatan, berbincang-bincang dengan orang lain,
prestise, dipandang penting.
|
Mereka
adalah orang yang
|
Banyak bicara, pandai memulai hubungan, menyenangkan,
cenderung membesar-besarkan, mudah gembira, senang menonton.
|
Dimotivasi
oleh
|
Penghargaan, persetujuan, popularitas
|
Lingkungan
yang dibutuhkan
|
Prestise, hubungan persahabatan, kesempatan untuk mempengaruhi
orang lain, Kesempatan untuk mengilhami orang lain, kesempatan untuk
mengemukakan ide.
|
Gaya
komunikasi
|
Bersahabat dan komunikasi informal
|
Kelemahan
|
Kurang bisa mengelola waktu, kurang realistis, kurang
mendengarkan orang lain, kurang memperhatikan penyelesaian tugas
|
C.
TIPE “SUPPORTIVE”
|
|
Kata-kata
penjelas
|
Pendukung (supportive), kokoh (steady), tabah/teguh hati
(stable), ramah (sweet), peka (sensitive), sentimentil (sentimental)
|
Mind-set
|
Netral.
Bergaullah dengan semua orang. Tidak ada konflik.
|
Hal
yang disukai
|
Perdamaian, harmoni, ketenteraman hati, kelompok persahabatan,
kerja tim, menolong orang lain, kerjasama.
|
Mereka
adalah orang yang
|
Beorientasi kelompok (team-oriented), bersahabat, kooperatif,
teman setia, peka terhadap kebutuhan orang lain, mau memahami dan menerima
orang lain
|
Dimotivasi
oleh
|
Keamanan,
penghargaan, kepastian/jaminan (Assurance)
|
Lingkungan
yang dibutuhkan
|
Wilayah khusus (specialization), identifikasi dengan kelompok,
pola kerja yang mapan, situasi yang stabil, lingkungan yang konsisten
|
Gaya
komunikasi
|
Komunikasi
yag hangat, terbuka, tulus.
|
Kelemahan
|
Sulit bila harus menghadapi perubahan, tidak mampu mengatakan
“Tidak”, sulit bertindak bebas/independen
|
C.
TIPE “CAUTIOUS”
|
|
Kata-kata
penjelas
|
Hati-hati (cautious), penuh perhitungan (calculating), mampu
(competent), konsisten (consistent), pemikir (contemplative), teliti
(careful)
|
Mind-set
|
Kerjakan sesuatu dengan benar dan sempurna. Apa rencananya?
Sudahkah mempertimbangkan segala sesuatunya? Apa tujuan sesungguhnya?
Mengapa?
|
Hal
yang disukai
|
Konsistensi, kerja hebat, mengerjakan dengan tepat,
informasi/data, nilai (value), kualitas, segala sesuatu berjalan dengan benar,
ada perencanaan, prosedur, kejujuran.
|
Mereka
adalah orang yang
|
Berorientasi pada prosedur (procedure-oriented), mengabdikan
diri pada tugas, terfokus pada detail, logis, akurat, menaruh rasa hormat
(respectful)
|
Dimotivasi
oleh
|
Jawaban
berkualitas, keunggulan, nilai (value)
|
Lingkungan
yang dibutuhkan
|
Tugas yang ditentukan dengan jelas, sumber daya dan waktu yang
cukup untuk menyelesaikan tugas, bebas untuk mengajukan pertanyaan, resiko
terbatas, tugas yang membutuhkan perencanaan dan ketepatan
|
Gaya
komunikasi
|
Komunikasi
yang logis, tepat, dan detail.
|
Kelemahan
|
Analisis berlebihan (over-analizyng), kurang mampu menepati
deadline, perfeksionis, kurang mampu mengekspresikan perasaan, kurang
memperhatikan pentingnya perasaan orang lain
|
Tips:
Cara menghilangkan sifat pemalu, minder dan rendah diri. Sifat pemalu berbeda
dengan sifat malu atau rasa malu. Sifat pemalu adalah karakter seseorang dengan
sifat malu atau rasa malu yang berlebihan atau sering disebut minder. Sifat
malu atau rasa malu harus dimiliki oleh setiaporang karena itu menunjukkan
bahwa kita adalah manusia yang bermoral. Apa jadinya kalau seorang tidak punya
rasa malu. Mungkin dia akan telanjang di tengah jalan sepeti orang gila.
Begitu
juga dengan sifat rendah diri, orang sering salah kaprah menyebut rendah diri
sebagai rendah hati. Padahal keduanya sama sekali berbeda dan saling bertolak
berlakang. Rendah diri adalah sikap yang timbul karena rasa
minder dan kurang percaya diri. Sedangkan rendah hati adalah sebuah keadaan
di mana seseorang terbebas dari sikap sombong dan meremehkan orang lain. Lalu
bagaimana cara mengatasi sifat pemalu , minder dan rendah diri dalam diri
seseorang?
1.
Apa yang menyebabkan kita merasa
minder dan rendah diri?
2.
Karena merasa banyak kekurangan?
Karena merasa tidak mampu melakukan apa yang orang lain bisa lakukan? Kita
tidak harus selalu memandang ke atas. Kita juga tidak perlu menjadi orang lain.
Jadilah
diri sendiri dan itu sudah cukup menyenangkan. Mengenali potensi diri dan
mengembangkannya adalah cara
terbaik untuk meningkatkan rasa percaya diri. Jadi tidak perlu yang namanya
malu atau minder
3.
Siapa saja orang orang yang buat kita
malu dan minder?
Orang orang yang baru kita kenal? Orang orang yang menurut kamu punya derajat lebih tinggi dari kamu? Mulailah dengan mengubah cara berfikir kamu. Setiap manusia adalah sama. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing bahkan untuk orang orang yang kita anggap sempurna. Mereka sama seperti kamu, seperti saya, maka tidak ada alasan untuk merasa minder.
Orang orang yang baru kita kenal? Orang orang yang menurut kamu punya derajat lebih tinggi dari kamu? Mulailah dengan mengubah cara berfikir kamu. Setiap manusia adalah sama. Setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing bahkan untuk orang orang yang kita anggap sempurna. Mereka sama seperti kamu, seperti saya, maka tidak ada alasan untuk merasa minder.
4.
Berhentilah memikirkan
kekurangan-kekurangan kita. Terimalah diri kita apa adanya. Jadikan kekurangan
kita sebagai kelebihan. Tukul Arwana, adalah contoh yang tepat dalam hal ini.
Lihat, bagaimana dia memaksimalkan kekurangannnya menjadi kelebihan yang justru
tidak dimiliki orang lain. Selalu menutupi kekurangan hanya akan membuat kamu
semakin terpuruk dalam sikap minder dan rendah diri.
5.
Memperluas pergaulan Bergaullah
dengan orang orang yang memiliki
rasa percaya diri yang tinggi. Pelajari cara cara mereka dalam menjalani
kehidupan sehari-hari. Cara mereka berkenalan dengan orang baru, cara
mereka memperlakukan orang lain, cara menyikapi sebuah masalah, cara mengatasi
situasi, dan lain lain. Banyak hal yang bisa kita pelajari dan praktekan
sendiri.
6.
Mulailah belajar bertanya . Bagi
orang orang yang bukan pemalu bertanya kepada orang baru bukan sebuah masalah
besar. Tapi, keadaan berbeda dengan orang orang pemalu. Rata rata dari mereka
jarang sekali memulai pembicaraan atau sebuah pertanyaan. Hal ini hanya bisa
dimengerti oleh orang yang sama sama pendiam.
7.
Perhatikan penampilan Mulailah
memperhatikan penampilan kita terutama saat keluar dari rumah. Penampilan yang
baik dan maksimal dapat membantu kita meningkatkan
rasa percaya diri. Kita tidak akan merasa minder dan malu saat bertemu
dengan orang lain karena kita sudah tampil All out. Menampilkan yang terbaik.
1.
Selalu bersikap tenang. Kesalahan
utama orang orang pemalu adalah kurangnya self control (pengendalian diri).
Terutama jika berada dalam situasi yang tertekan dan asing. Grogi, cemas, salah
tingkah, berkeringat adlah beberapa indikasi seseorang sedang berada dalam
tekanan. Sebenarnya hal itu bisa diatasi dengan beberapa tips ringan. Mengambil
nafas dalam dalam dan menghembuskannya secara perlahan akan membuat kita merasa
sedikit lebih rileks dan tenang. Singkirkan imajinasi negatif kamu mengenai apa
yang sedang kamu hadapi. Hilangkan pemikiran bahwa orang orang sedang
memperhatikan kamu dan berfikir negatif tentang kamu. Faktanya, semua berjalan
biasa biasa saja tidak seperti apa yang kamu pikirkan. Semua hal negatif kamu
itu hanya ada dalam imajinasi kamu saja.
2.
Coba sesuatu yang baru. Sering
mencoba hal-hal baru akan lebih membuka wawasan serta pandangan kamu tentang
hidup dan kehidupan. Yang pada akhirnya akan memberi kita sebuah pemahaman
bahwa tidak ada yang tidak mungkin. Semua manusia adalah sama. Kita punya
kekurangan mereka juga. Mereka punya kelebihan kita pun memilikinya. Mereka
bisa, maka kita juga bisa..! "Keterbatasan hanyalah sebuah kesalahan dalam
cara kita berfikir." Seharusnya kita tidak memiliki satu pun alasan untuk
merasa minder dan rendah diri..!
(Disarikan dari berbagai sumber)
Modul
Etik UMB – Ir. Farida MMA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar