Dibuat oleh : Listiani Nurul Huda dan Kristoffel
Colbert Pandiangan
Jurnal : Jurnal Teknik Industri, Vol 14,
No.2, Desember 2012
Sumber : Jurnal Teknik Industri Petra
PENDAHULUAN
Kondisi
termal tempat kerja merupakan suatu kondisi lingkungan kerja yang dipengaruhi
oleh beberapa aspek lingkungan kerja fisik. Adapun aspek-aspek tersebut dapat
berupa temperature, kelembaban relatif, pergerakan udara serta aspek personal
seperti insulasi pakaian dan jenis kegiatan. Kondisi termal dapat mengakibatkan
kenyamanan dan juga ketidaknyamanan dalam bekerja. Paparan panas akibat adanya
temperature yang tinggi dalam ruangan kerja bisa ditimbulkan oleh kondisi
ruangan, mesin-mesin ataupun alat yang mengeluarkan panas serta panas yang
bersumber dari sinar matahari yang memanasi atap pabrik yang kemudian
menimbulkan radiasi kedalam ruangan kerja produksi.
Menurut
Prianto dan Depecker [12], pada hunian di lingkungan beriklim tropis terutama
dengan kelembaban tinggi, kenyamanan lingkungan kerja tidak hanya tergantung
pada banyaknya suplai udara segar ke dalam ruangan, tetapi juga tergantung pada
kecepatan angin. Hal ini diperkuat oleh teori yang menyatakan bahwa kenyamanan
termal dapat diprediksi dengan menggunakan indeks keefektifan bukaan (dalam
m/s) dengan memasukkan temperatur kering dan kelembaban ke dalam persamaan
Macfarlane. Teori ini juga didukung oleh penelitian Liping dan Hien [9] yang
mengatakan bahwa ada dua cara dalam meningkatkan kenyamanan termal ruangan,
yaitu meningkatkan kecepatan angin dan menentukan posisi serta ukuran bukaan
yang tepat.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini dilaksanakan di ruangan formulasi salah satu pabrik anti nyamuk di kota
Medan, Sumatera Utara. Waktu pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Juli
2012. Responden yang digunakan sebagai objek penelitian adalah pekerja di
ruangan formulasi. Data yang diambil pada penelitian ini adalah data kondisi
termal dan data psikologi termal pekerja.
Metode audit termal yang digunakan pada penelitian ini adalah Heat Stress Index (HSI) dan Wet Bulb Globe
Temperature (WBGT) atau sering pula disebut sebagai Indeks Suhu Bola Basah
(ISBB). Metode HSI digunakan untuk melihat besarnya indeks tekanan paparan
panas yang dirasakan pekerja dalam ruangan.
PROSEDUR KAJIAN TERMAL
Audit termal
dilakukan melalui pengukuran langsung faktor-faktor lingkungan kerja fisik
seperti temperatur udara, temperatur basah, temperatur kering, temperatur
globe, kelembaban dan kecepatan angin. Pengukuran dilakukan pada 5 titik yang
tersebar merata pada ruangan formulasi. Tingkat gradien ketinggian pengukuran
terdiri dari 5 titik yaitu ketinggian 0,1m; 1,1m; 1,7m; 3m; 5m. Ketinggian 0,1
sampai 1,7m berdasarkan standar pengukuran ASHRAE 55, sedangkan ketinggian 3
sampai 5m digunakan untuk analisis penempatan ventilasi. Pengukuran dilakukan
selama 5 hari kerja dari pukul 07.00 sampai 15.00 WIB (jam kerja aktif di
ruangan formulasi) dengan interval waktu pengukuran selama 120 menit.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kenyamanan Termal
Berdasarkan hasil pengukuran selama 5 hari, maka diketahui
bahwa temperatur udara paling tinggi berada pada 35,3oC, temperatur udara paling rendah
berada pada 27,80C, dan temperatur udara rata-rata adalah 31,70C.
Berdasarkan pengamatan, diketahui bahwa pengaruh radiasi sinar matahari memiliki
peranan paling besar dalam meningkatkan paparan panas. Hasil pengujian korelasi
juga menunjukkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi indeks tekanan paparan
panas adalah temperatur globe, kecepatan angin dan temperatur udara
dengan nilai korelasi (r) sebesar 0,99875; -0,99536; 0,9531 secara
berturut-turut. Hal ini diakibatkan ruangan formulasi menggunakan atap yang
terbuat dari seng dan tanpa mengunakan langit-langit atau asbes, sehingga panas
dari atap dengan cepat merambat. Berdasarkan hasil pengumpulan data, diketahui
bahwa temperatur udara pada ketinggian 3 sampai 5m lebih tinggi dibandingkan
temperatur udara pada ketinggian 0,1 sampai 1,7m. Hal ini menjadi salah satu
pertimbangan dalam penentuan ketinggian bukaan ventilasi.
Pengukuran Waktu Kerja Produktif
Dengan Activity Sampling
Secara rata-rata dapat diketahui bahwa waktu
kerja produktif operator bagian formulasi adalah 76,58% dengan penyimpangan
maksimum sekitar 5,91%. Angka ini berada di bawah standar yang ditetapkan oleh
perusahaan yaitu 85%. Hal ini mengindikasikan perbaikan sangat dibutuhkan dalam
meningkatkan waktu kerja produktif operator formulasi setidaknya dapat memenuhi
angka 85%.
Berdasarkan pengamatan secara langsung di lapangan juga menunjukkan
bahwa banyaknya proporsi waktu idle operator ini diakibatkan oleh
banyaknya operator tidak tahan berada di ruangan formulasi yang terpapar panas.
Mereka mendinginkan temperatur tubuh dengan meninggalkan ruangan formulasi dan
masuk ke ruangan kantor staf produksi yang menggunakan AC. Hal inilah yang menjadi alasan
mereka ketika meninggalkan ruangan formulasi untuk mengambil waktu istirahat.
ASPEK PERANCANGAN DAN PERBAIKAN
Salah satu perancangan yang dibutuhkan dalam mengurangi panas
di dalam ruangan adalah turbin ventilator. Pemasangan
turbin ventilator didukung oleh adanya bukaan inlet dan outlet pada dinding
bangunan. Bukaan ini ditempatkan pada ketinggian 4,75m dari lantai. Hal
tersebut dilakukan supaya udara yang terpapar panas dari ketinggian 3 sampai 5m
dapat disirkulasikan keluar ruangan.
Persyaratan
kecepatan angin untuk menyatakan kenyamanan termal pada bangunan sangat dipengaruhi
oleh temperatur internal dan kelembaban relatif (RH). Semakin tidak nyaman,
kecepatan angin yang dibutuhkan semakin tinggi.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil analisis dari pembahasan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa, hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata temperatur udara adalah
31,7oC, kecepatan angin 0,27m/s, kelembaban 68,21%, temperatur basah
26,18oC, temperatur kering 30,45oC, dan temperatur globe
31,35oC. Indeks paparan tekanan panas adalah 94,41% yang
mengindikasikan bahwa ruangan formulasi tersebut sudah akan membahayakan kesehatan
pekerja. Perhitungan ISBB menunjukkan bahwa persentase waktu istirahat
seharusnya sekitar 1,45 jam menjadi 1 jam. Waktu kerja produktif operator yang
terpapar panas berkisar antara (76,58±5,91)% dan tidak memenuhi standar
perusahaan 85%.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar